A N D Y M A R B U N

Eksibisi Perspektif Kritis dalam Resiliensi Kehidupan

Trending Topic

“Window of Oppurtinity Education in Bonus Demography”

“Window of Oppurtinity Education in Bonus Demography”

Oleh: Andy Saputra Marbun - 21/09/2019
Prodi/stambuk:Manajemen/2017
Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU


Indonesia, sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk terbesar nomor empat di dunia, mempunyai peluang untuk menjadi negara maju dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Dengan data tahun 2016 jumlah penduduk mencapai 258 juta jiwa pada saat ini, dan akan terus meningkat setiap tahunnya, didukung dengan sumber daya alam yang melimpah, maka peluang tersebut menjadi sangat besar untuk membawa Indonesia menjadi negara maju di masa mendatang. Kemudian jika begitu banyak nya jumlah penduduk Indonesia tentunya akan diprediksikan terjadinya bonus demografi. Bonus demografi secara sederhananya dapat kita simpulkan bahwa penduduk usia produktif lebih besar dari pada usia non produktif. Dimana bisa kita gunakan rumus dari rasio ketergantungan dimana;

RK: U.muda(0-15 thn)+U.Tua(65+ thn)
U.produktif (15-65 thn)

Bonus demografi ini hanya terjadi sekali dalam kurun waktu yang sangat lama dan akan berlangsung dalam waktu yang cukup singkat serta tidak semua negara akan mengalami bonus demografi.  Oleh karena itu harus dimanfaatkan sebaik mungkin agar bonus demografi tersebut tidak lewat begitu saja. Meskipun begitu bonus demografi ini menjadi pedang bermata dua disatu sisi berkah di sisi lain bencana sehingga perlu perencanaan yang sangat matang dalam menghadapi bonus demografi ini. Bencana bonus demografi ini adalah Semakin sempitnya lapangan pekerjaan, pengangguran semakin banyak, kualitas kesehatan menurun, pendidikan yang rendah mengakibatkan SDM yang rendah, dan tentunya jika bencana ini terjadi maka memperbaiki nya kan sulit kedepannya. Berdasarkan kalkulasi Badan Pusat Statistik (BPS), bonus demografi di Indonesia diprediksi akan terjadi antara tahun 2020 hingga 2030. Begitu memasuki tahun 2020, persentase penduduk usia produktif akan mencapai 70 persen dan non produktif 30 persen. Persentase ini akan semakin ideal begitu memasuki masa puncak antara tahun 2028-2030. Setelah itu, komposisi penduduk mulai kembali ke persentase ideal secara perlahan-lahan. Jumlah penduduk usia produktif hingga 70 persen pada saat puncak bonus demografi, memang sangat menguntungkan dari sisi pembangunan. Tingginya jumlah usia produktif tentu saja bakal mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, didapatkannya bonus demografi pada suatu negara bukan berarti tanpa resiko. Banyaknya jumlah usia yang produktif juga berpotensi menimbulkan segudang permasalahan sosial jika tidak dibarengi dengan persiapan yang matang oleh pemerintah. Sebut saja tingkat pengangguran yang tinggi, meningkatnya angka kriminalitas, serta meletusnya konflik sosial.

Ada hal yang harus kita ketahui yaitu, Generasi milenial (SDM), Revolusi industry 4.0 dan Bonus demografi. Kita masukkan kedalam analisis SWOT.

Strength.. Data tahun 2017 menunjukkan SDM/HCI kita masih siap,karena menempati urutan ke 65 dari 120 negara didunia

Weakness.. Data tahun 2017 menunjukkan HDI kita belum siap, karena menempati urutan ke 111 dari 120 negara didunia dikarenakan Faktor pendidikan, kesehatan dan pengeluaran masih rendah

Oppurtunities dan Threats Revolusi Industri 4.0 sangat cepat perkembangan didalam suatu negara khususnya dalam dunia digital yang membuat generasi milenial tidak miskin ide, tidak miskin ilmu, dan tidak miskin eksekusi dalam berinovasi meskipun belum merata penyebarannya dihadapkan juga dengan adanya bonus demografi yang membuat Competitive Advantage semakin terasa dan terlibat dalam era revolusi industry 4.0. Nah, kalau dari perspektif ekonomi, permasalahan di era bonus demografi nya lebih Kearah HDI(Human Development Index) Yg meliputi pendidikan, kesehatan, dan pengeluaran per kapita.

Namun saya hanya focus ke pendidikan saja,Dimana banyak kasus seperti Mahalnya biaya pendidikan, belum meratanya fasilitas pendidikan, dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan guru serta kurikulum yang belum tegas penerapannya seperti apa.

Terlebih juga jangan langsung kita berpikir pendidikan kearah formalnya saja, dengan kata lain hanya lembaga pendidikan yang bisa membuat orang pintar. Perlu kita ketahui juga pendidikan bisa kita bagi jadi 3 kategori yaitu: Formal(Institusi), Informal(Keluarga), non formal(Pergaulan). Dimana ketiga kategori tersebut harus memiliki prinsip “Dunia Pendidikan Di dunia akan musnah jika manusia tidak pernah belajar, membaca dan berdiskusi”. Softskill juga bisa didapat dari dunia pendidikan meskipun secara tersirat sperti berkomunikasi, menambah wawasan mengenai kosa kata dan pengetahuan tentang karakter seseorang. Terlebih lagi Literasi di Indonesia masih tertinggal jauh dari negara lain.

Solusi konkrit organisasi

Organisasi GMKI merupakan terminal kader yang harus mempersiapkan kader menjadi pemimpin yang ahli dan bertanggung jawab. Tentunya GMKI selalu berusaha beradaptasi dengan kemajuan jaman, pendapatku dimana lebih sering melakukan pelatihan yang menambah wawasan baik itu dari segi displin ilmu nya dan juga menjalin relasi dengan perusahaan dalam mengadakan pelatihan dengan materi yang sesuai dengan kebutuhan dan kontekstual di jaman ini demi membangun jati diri seorang kader yang memiliki profil kader yaitu profesionalitas.
Berkolaborasi dengan pemerintah mengenai sistem pendidikan yang ada di Indonesia tentunya mendiskusikan permasalahan yang terjadi terutama dalam pemerataan pendidikan,dan tenaga pendidik yang berkualitas.

Solusi konkrit Individu

Meningkatnya pengetahuan dan wawasan dalam optimalisasi IT , dimana segala akses informasi sudah mudah dicari di internet sehingga perlunya rasa ingin tahu dan kemauan untuk mempelajari dan berbagi ilmu, seperti mempelajari pengcodingan yang merupakan pekerjaan yang sedang dibuka pemerintah dan saat ini masih minimnya individu yang paham mengenai hal tersebut.
Menciptakan Lapangan pekerjaan seperti industry kreatif dan menciptakan startup, memang di jaman generasi milenial ini jurusan serta pendidikan bukanlah penentu kesuksesan seseorang, namun tentunya generasi milenial yang sangat memiliki ide dan selalu ingin berinovasi dan berkreasi ke depannya dan berani menghadapi risiko kedepannya.
“Banyak membaca maka engkau akan menguasai Dunia” tentunya dalam menghadapi persaingan dengan para pesaing di era revolusi industry dan bonus demografi adalah tak terbatasnya lagi informasi tetapi belum tentu informasi tersebut benar adanya, sehingga perlunya membaca dan memfilter suatu informasi dan juga bisa meningkatkan daya kritis dan analisis kita dalam menyangkal hoax yang beredar.

Tidak ada komentar